Oleh : Admin GPKB

Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia, rasanya tak mungkin bila kehidupan itu bisa bertahan lama tanpa adanya air. Oleh karenanya, sumber kehidupan itu bukan hanya pemeliharaannya saja yang dibutuhkan, tetapi juga butuh pengelolaan yang baik. Dan menjadi lebih baik lagi bila kita menyediakan wadah untuk menampungnya sebagai bekal bagi keberlangsungan hidup dan kebutuhan kita.
Keyakinan kita terhadap karya keselamatan Allah dapat di gambarkan seperti air. Ia menjadi sumber kehidupan dan menjadi harapan bagi keberlangsungan hidup Iman rohani kita. Tentunya keyakinan tersebut membutuhkan pemeliharaan serta pengelolaan yang baik, dan akan menjadi lebih baik bila akalbudi kita menjadi wadahnya. Sebab, air tanpa wadah, ia akan tersebar, terserak dan sulit dikendalikan.
Keyakinan akan karya keselamatan Allah adalah Iman. Ia menjadi harapan dan menjadi bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Iman tanpa akalbudi dapat menjerumuskan kita pada sikap radikal, kesombongan rohani, percaya akan mitos, dan kesalehan sebagai usaha untuk memperoleh keselamatan, yang tanpa sadar semakin lama membawa kita kepada pemahaman bahwa keselamatan itu diperoleh dari usaha pribadi, berdasarkan tingkat kesalehan dan banyaknya perbuatan baik yang kita lakukan.
Begitupun sebaliknya, akal budi tanpa iman akan jatuh kedalam kekosongan. Makna dalam kehidupan menghilang, tujuan dalam kehidupan meraib, dan nilai-nilai memudar dan menuju keruntuhan.
Tentunya bahwa Keselamatan itu datang dan bersumber dari Allah dan telah diberikan kepada kita sebagai anugerah, bukan dari usaha kita untuk memperolehnya berdasarkan banyaknya perbuatan baik, oleh karenanya Alkitab menjadi landasan pengetahuan kita akan pengenalan karya keselamatan Allah, dan gereja menjadi pangkalan untuk memelihara keselamatan itu, sehingga perbuatan baik merupakan respon positif yang kita lakukan sebagai penerima keselamatan. Itu sebabnya kita sebagai penerima keselamatan yang datang dari Allah itu, perlu menempatkan diri dalam persekutuan jemaat, yang dari padanya kita memelihara keselamatan.
John Calvin dalam bukunya Institutio pernah mengatakan “Mengasingkan diri dari gereja sama juga mengasingkan diri dari keselamatan”. Karena memelihara keselamatan dan Iman bukan hanya berbicara tentang berbuat baik, berdoa dan bernyanyi saja, tetapi juga kehidupan dalam persekutuan berjemaat.
Persekutuan dalam berjemaat janganlah hanya dipandang pada pengertian lahiriahnya saja, sebagaimana kegiatan Ibadah yang dipandang sebagai kebiasaan dan rutinitas saja. Ketika itu terjadi, kita akan mengalami kehausan dan menjadi lesu. Kehausan ini ditandai dengan bagaimana kita yang mendambakan gairah dan semangat yang baru, kita mendambakan kobaran jiwa semangat yang menyala-nyala, sukacita dan antusias yang luar biasa, sehingga menganggap terjadi suasana lawatan sorga dibumi, namun sesaat kemudian setelah selesai, pergumulan persoalan masalah hidup muncul kembali menekan jiwa, sehingga suasana damai sejahtera sukacita yang sesaat diperoleh, kemudian sirna begitu cepat, digantikan dengan ketakutan, kekuatiran dan kecemasan akan tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan kehidupan selanjutnya.
Itulah sebabnya, memandang persekutuan bukan hanya memandang dari sudut lahiriahnya, tetapi lebih dari itu, persekutuan akan memelihara keselamatan kita dari pengetahuan yang kita peroleh melalui Alkitab.
Alkitab harus menjadi pegangan dan landasan pengetahuan kita.
Karena dari padanya kita akan dituntun kepada keselamatan seperti yang dikatakan pada Surat 2 Timotius 3:15. “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus”.
Sehingga kita dapat mengerti bahwa yang memuaskan dahaga dan kehausan kita adalah hikmat yang berasal dari pengetahuan akan Firman Tuhan melalui Alkitab.
