MAKNA LITURGI GEREJA PROTESTAN KALIMANTAN BARAT

Oleh :Pdt. Joko Samuel, S.Si. M. Pd.K. M. Sos

I. Pengertian Liturgi
Bagi orang Kristen, liturgi berarti tata tertib ibadah. Sebenarnya pengertian itu agak keliru. Bahkan kamus Besar Bahasa Indonesia, mengartikan liturgi tata upacara agama Kristen. Apakah sebenarnya liturgi itu?

Sejarah Kata liturgi
Sebenarnya kata liturgi telah digunakan sejak Yesus belum berkarya di muka bumi ini sebagai manusia. Empat ratus tahun sebelum Yesus lahir ke bumi kata liturgi sering dipakai dalam bahasa Yunani Romawi. Kata liturgi sebenarnya dari bahasa yunani “Leitourgia“, dari akar “leos” yang artinya rakyat dan “ergon” yang artinya kerja. Kata itu dapat diartikan kerja bakti yang dilakukan oleh penduduk kota.
Dengan memahami penggunaan kata tersebut liturgi diartikan apa yang dibaktikan seseorang bagi kepentingan hidup bersama. Kata liturgi mengalami perluasan arti yang artinya pajak yang dibayar oleh warga Negara.
Sekitar tahun 300 SM kata liturgi mendapat arti yang lain, yakni ibadah dalam kuil. Beberapa ratus tahun para pengarang Perjanjian Baru memakai kata liturgi untuk ibadah atau kebaktian pada Tuhan. (KPR 13:2; kata beribadah (Yunani; leitourgia). Dari situ kita mengenal kata liturgi dalam arti tata ibadah.

Apakah Tata Ibadah itu ?
Dalam benak hati kita beranggapan tata ibadah adalah susunan mata acara dalam suatu ibadah. Tata berarti kaidah, system atau aturan. Walaupun untuk suatu kebaktian dicetak kertas acara, kalau susunan acara itu tidak berkaidah maka sebenarnya dalam kebaktian itu tidak ada liturgi.
Dalam sebuah ibadah, tentulah harus ada kaidah-kaidah yang dipergunakan. Kaidah itu antara lain :

  1. Tata Ibadah Harus Ada Keutuhan Setiap mata acara dalam kebaktian haruslah ada keterkaitan antara satu dengan yang lain, ia harus selaras. Tiap mata acara berfungsi sesuai dengan tempatnya. Contohnya:
    • Lagu awal bersifat pujian sedangkan lagu akhir bersifat pengutusan.
    • Lagu awal ibadah adalah undangan pihak Tuhan dan kedatangan pihak umat, disini ada pijian, penyesalan, perendahan diri, pengakuan dosa, permohonan dan pemberitahuan anugerah Allah
    • Pada tengah ibadah adalah sapaan Allah, disini ada Pembacaan Alkitab, Khotbah, dan sakramen.
    • Pada bagian akhir ada tanggapan umat Allah terhadap sapaan Allah. Disini ada Pengakuan Iman, Persembahan dan Doa Syafaat serta berkat.
      Kaidah ini harus utuh dan teratur, tidak mungkin pada awal ibadah dilakukan Doa Syafaat dan akhir ibadah dilakukan pengakuan dosa atau lagu pujian
  2. Kaidah kedua harus ada timbal balik Setiap mata acara ibadah perlu tersusun dengan irama gilir-ganti, timbal-balik atau sahut menyahut. Contohnya :
    • Dalam Votum, Allah menyatakan kehadiran-Nya, lalu setelah itu umat menanggapi kehadiran-Nya.
    • Pembacaan Alkitab atau khotbah melambangkan sabda Allah, setelah itu umat bersaat teduh, Allah menyapa umat menyahut, umat bicara Allah menjawab.
      Ibadah yang teratur dan hidup ada timbal-balik, gilir-ganti, dalam doa bukan saja umat bicara Allah mendengar, Allah turut berbisik umat berdiam diri. Dalam kaidah timbal-balik, umat bukan menjadi penerima/pasif, melainkan aktif dalam ibadah, di depan Allah, bukan hanya subjek melainkan subjek.
  3. Kaidah Keseimbangan Kalau Allah dan manusia berinteraksi dalam ibadah, tidak ada pihak yang lebih dominan dari yang lain. Liturgi menolong kita menyusun acara ibadah yang seimbang, supaya kalau menyanyi janganlah terus tiada henti, supaya tidak ada berkepanjangan, supaya khotbah menjadi inti ibadah. Contohnya :
    • Dalam Ibadah nyanyian pujian dinyanyikan selama satu jam terus-menerus.
    • Doa syafaat selama 1 jam.
    • Khotbah dilakukan selama 1 jam.

Ibadah tersebut tentulah tidak ada keseimbangan dan sangat tidak teratur serta membosankan.

II. Liturgi Gereja Protestan Kalimantan Barat.
Gereja Protestan Kalimantan Barat, tentulah mempunyai liturgi. Liturgi yang dipergunakan agar ibadah di GPKB mempunyai kaidah, baik itu keutuhannya, timbal-baliknya dan keseimbangannya,
GPKB mempunyai V (lima) wilayah pelayanan, diharapkan semua jemaat dalam jajaran GPKB mempunyai keseragaman liturgi. Hal ini sangat penting sebab sebagai gereja yang mandiri haruslah mempunyai ciri khasnya. Salah satu ciri khas GPKB terletak pada liturginya.
Sinode GPKB telah menetapkan liturgi yang berlaku pada jajaran GPKB, yaitu :

  1. Tata Cara Ibadah Hari Minggu Bentuk I sampai dengan V.
  2. Tata Cara Ibadah Baptisan kudus.
  3. Tata Cara Baptisan Kudus yang bersifat darurat.
  4. Tata Cara Ibadah Perjamuan Kudus.
  5. Tata Cara Ibadah Peneguhan Anggota Sidi Jemaat .
  6. Tata Cara Ibadah Pemberkatan Nikah.
  7. Tata Cara Ibadah Peneguhan Pendeta.
  8. Tata Cara Ibadah Pentahbisan Rumah Tangga.
  9. Tata Cara Ibadah Pemakaman.
  10. Tata Cara Ibadah Rumah Tangga bentuk I dan II.
  11. Tata Cara Ibadah Ibadah Pertunangan.
  12. Tata Cara Ibadah Malam Doa.
  13. Tata Cara Ibadah Pengucapan Syukur.
  14. Tata Cara Ibadah Pemuda/ Remaja.
  15. Tata Cara Ibadah Anak-anak Sekolah Minggu.
  16. Tata Cara Ibadah Hari Paskah.
  17. Tata Cara Ibadah Hari Kenaikan.
  18. Tata Cara Ibadah Pentakosta.
  19. Tata Cara Ibadah Natal Hari Pertama (25 Desember).
  20. Tata Cara Ibadah Natal Hari Kedua (26 Desember).
  21. Tata Cara Ibadah Malam Akhir Tahun (31 Desember).
  22. Tata Cara Ibadah Permulaan Tahun Baru (01 Januari).

Tata Cara ibadah GPKB, tentulah dapat berkembang dengan situasi dan kondisi jemaat. Oleh sebab itu tim Liturgi GPKB harus tanggap dengan perubahan-perubahan yang ada.

III. Penutup
Dengan memahami tulisan ini jelaslah, liturgi bukanlah sekedar susunan mata acara ibadah yang sudah disiapkan. Liturgi adalah kaidah untuk ibadah, aturan untuk ibadah atau tata cara untuk ibadah. Dengan adanya liturgi kita beribadah dengan persiapan dan pemahaman, bukan acara diadakan atau asal-asalan, kita menyanyi bukan asal menyanyi, kita berdoa bukan asal bicara.
Liturgi membuat ibadah menjadi tertib, teratur dan khidmad. Itulah maksud Rasul Paulus ketika ia berpesan kepada Jemaat di Korintus Ibadah harus berlangsung dengan sopan dan teratur (I Kor 14 : 40).Selamat ibadah, biarlah ibadah kita menjadi ibadah yang sejati. Tuhan Memberkati.

Sumber :
1. LAI, Alkitab, Jakarta, 2003
2. Dr. Andar Ismail, Selamat Berbakti, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2003.
3. G. Muller, Geri Van Flinken, Kamus Yunani, Jakarta, 1990.
4. DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, 1990.

Diterbitkan oleh GPKB (Protestant Church of West Kalimantan)

Berdiri sejak 10 Februari 1963

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai